Kreativitas Tanpa Batas Kelompok Cendana Wangi

Sumberpost.com | Banda Aceh – Kumpulan perempuan yang berasal dari Desa Tenggulun, Aceh Tamiang yang di kenal dengan sebutan kelompok Cendana Wangi merupakan sekelompok perempuan yang berjuang ditingkat tapak dalam meningkatkan penghasilan keluarga ditengah kelumpuhan ekonomi kerakyatan yang diakibatkan oleh homogenitas kawasan hutan dengan skema perkebunan berskala besar. Kelompok ini berproses bersama membangun kemandirian ekonomi melalui pemanfaatan limbah dari sawit, limbah plastik dan pengelolaan potensi sumber daya alam setempat.

Pemanfaatan limbah dari sawit (lidi) yang di anyam menjadi berbagai produk peralatan dapur seperti piring, keranjang buah, tempat nasi dan aneka wadah makanan lainnya telah dilakoni oleh kelompok Cendana Wangi sejak tahun 2021 lalu.

Salah satu anggota Kelompok Cendana Wangi, Ernawati menyatakan bahwa pengelolaan limbah sawit ini tidak membutuhkan modal yang besar, justru dapat membantu pemasukan keluarga dan pengurangan sampah plastik serta menjaga alam dari pencemaran lingkungan.

“Kalau pembuatan piring dari lidi sawit ini kita tidak mengeluarkan modal, hanya perlu keahlian dan kesabaran saat menganyam lidi sawit. Biasanya dalam 1 hari saya bisa menyelesaikan 6 hingga 10 piring. Lagian piring-piring ini bebas dari bahan plastik jadi sesuai dengan target kami untuk menjaga alam dari pencemaran lingkungan, ya setidaknya mengurangi penggunaan wadah berbahan plastik,” kata Ernawati saat dihubungi via WhatsApp, Jum’at (16/12/2022).

Selain memanfaatkan limbah sawit (lidi) sebagai penambah pemasukan keluarga, Kelompok Cendana Wangi juga mengelola sumber daya alam yang terdapat di Desa Tenggulun yaitu buah pisang dan singkong. Buah pisang termasuk komoditas kedua terbesar setelah tanaman kelapa sawit di desa tersebut, sehingga tak jarang mengalami surplus yang mengakibatkan buah pisang dibiarkan begitu saja. Dari permasalahan inilah kelompok Cendana Wangi berinisiatif untuk mengolah buah pisang segar menjadi tepung pisang yang tahan lama dan sebagai bahan dasar untuk membuat cemilan keluarga. Sedangkan singkong diolah menjadi tepung singkong yang dipasarkan sebagai bahan dasar pembuatan tiwul (makan favorit di desa tersebut).

Kreativitas kelompok Cendana Wangi, Sulastri mengatakan, mereka juga memanfaatkan limbah plastik dosmetik menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis seperti tas dan tikar. Dalam proses pembuatan kerajinan daur ulang tersebut tidak membutuhkan modal, sama halnya seperti memanfaatkan lidi sawit.

“Kita tidak memakai bahan lainnya dalam pembuatan tikar, ya setiap potongan plastik kita hubungkan antara satu dengan lainnya, sehingga saling mengikat membentuk tikar. Dan kalau ukurannya sesuaikan saja, mau sampai berapa meter. Sampah yang sering kita pakai untuk buat tikar dan tas itu, ya sampah plastik kemasan seperti bungkusan deterjen atau minuman saset,” ujar Sulastri salah satu anggota lainnya pada kelompok Cendana Wangi, Jum’at (16/12/2022).

Keahlian tangan kelompok Cendana Wangi dalam pengelolaan berbasis potensi lokal dan lingkungan yang berkelanjutan menarik perhatian masyarakat lokal lainnya. Bahkan kelompok ibu-ibu wirid di Dusun Adil Makmur, Tenggulun mengundang salah satu anggota kelompok Cendana untuk mengajari mereka bagaimana tata cara menganyam lidi sawit menjadi piring dan aneka peralatan dapur. Hal ini merupakan salah satu capaian dari kelompok cendana wangi dalam memperluas jejaring pemanfaatan limbah dari sawit dan limbah plastik menjadi produk yang bernilai ekonomi serta memasukkan isu lingkungan berkelanjutan di dalamnya. []

Penulis: Irda Dzulianda, Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh