DEMOKRASI FAH RASA ORBA


Sumberpost.com | Banda Aceh – Salah satu Universitas Negeri di Aceh yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-raniry. Universitas yang dijuluki “Kampus Biru” ini memiliki 9 (sembilan) fakultas. Universitas layaknya seperti sebuah negara, bukan? Terdapat Presiden, Mentri-Mentri, hingga rakyat. Tentunya didalam sebuah negara, lebih spesifiknya lagi karena disini akan membahas diseputaran lingkup UIN Ar-Raniry. Lebih intinya lagi yaitu membahas salah satu fakultas yang terdapat didalam lingkungan UIN Ar-Raniry.

Apakah kalian bisa menebaknya? Disini kita akan membahas tentang persoalan-persoalan yang terjadi di Fakultas Adab dan Humaniora. Pasti kalian bertanya-tanya bukan, ada apa dengan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)? Apakah terjadi sesuatu yang memilukan? Atau menggemparkan?

Disini kita akan membongkar dan membahas tentang FAH yang sampai sekarang ini masih banyak tanda tanya yang melintas di kepala yang belum terjawab tuntas dan konkret. Terdapat sebuah kejadian yang menurut penulis sekaligus seorang mahasiswi Fakultas Adab dan Humaniora yang akan mengungkapkan berita yang pernah terjadi di dalam Fakultas ini.

Pertama, pemilihan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) FAH yang tergesa-gesa. Pemilihan Ormawa ini diselenggarakan dalam waktu yang sangat singkat dan informasi yang disampaikan seringkali berbeda-beda, minim, tidak konkret, tidak jelas dan terlambat dipublish.

Kejadian ini sering terjadi saat calon pendaftar saling bertanya-tanya. Tata cara atau Timeline yang sudah panitia sampaikan dan disebarkan tidak terdapat kejelasan, dan juga sering terjadi perubahan-perubahan dalam waktu yang dekat. Sehingga calon pendaftar yang tidak tahu ada perubahan akan tertinggal dan yang sudah diberitahu perubahan akan muncul sifat egois dalam hati, karena hanya satu pihak yang diperhatikan.

Tidak Hanya itu, waktu untuk pendaftaran dan verifikasi data pendaftar pun tidak ada jeda beberapa hari. Dalam hal ini ada baiknya diberi waktu 3 (tiga) atau sampai 4 (empat) hari, sehingga para calon pendaftar pun ada waktu untuk menyelesaikan berkas-berkas. Sehingga tidak akan terjadinya kekurangan dalam penyerahan berkas.

Kemudian, lagi dan lagi mahasiswa FAH dikejutkan dengan acara dan Pemilihan Ormawa Fakultas yang waktunya berdekatan dengan Ujian Akhir Semester (UAS). Mengapa event ini dilakukan pada saat para mahasiswa sedang mengikuti Ujian Akhir Semester? Tentu saja hal tersebut berdampak kepada mahasiswa yang ingin mengikuti UAS tertunda karena sebagian mengikuti event tersebut.

Hal ini menyebabkan para mahasiswa juga bingung dan susah membagi waktu antara UAS dengan event Pemilihan Ormawa Fakultas yang akan diikutinya. Bukankah lebih baik di laksanakan diawal semester atau setidaknya setelah midterm, sehingga tidak mengganggu perkuliahan mahasiswa. Apakah di kepala Anda muncul sebuah pertanyaan tentang hal ini?

Kejadian ini sudah terjadi sering terjadi, sehingga karena kejadian ini terus berlanjut membuat para mahasiswa/wi menjadi apatis atau tidak peduli dengan kegiatan Pemilihan Ormawa Fakultas. Sehingga hal ini tentunya akan berefek tidak bagus untuk Fakultas, karena Ormawa Fakultas ini merupakan jantungnya.

Kemudian, fenomena lain juga terjadi baru-baru saja belakangan ini, bahwa calon pendaftar banyak dari kalangan mahasiswa dari letting 22 atau angkatan 2022. Hal ini merupakan bentuk Apatisme Mahasiswa di Fakultas Adab dan Humaniora kita tercinta ini. Pertanyaannya kemana para kakak-kakak angkatan 2020 dan angkatan 2021?

Apakah mereka tidak peduli dengan keadaan seperti ini? Inilah bukti dimana mahasiswa dan mahasiswi sudah apatis terhadap lingkungan FAH. Jika benar hal ini akan terjadi terus-menerus, bagaimana nasib Ormawa FAH dimasa depan mendatang? Apakah akan vakum kembali? Hilang dan musnah?

Pesta demokrasi di Fakultas Adab dan Humaniora terasa semu dan seolah-olah para calon kandidat ini memang sudah dipersiapkan. Apakah benar seperti itu? Tetapi hal ini sudah terasa di dalam lingkungan FAH dan kami selaku mahasiswa/wi seolah-olah ditutupi dari informasi-informasi terkait pesta demokrasi FAH.

Banyak dari mahasiswa/wi yang punya keinginan dan kemampuan dalam memimpin tercegal oleh minimnya informasi dan terhimpit oleh tugas final. FAH terasa milik mereka yang mempunyai kekuasaan lebih, sedangkan mahasiswa/wi lainnya cukup menonton tanpa bisa menyuarakan hak-hak mereka. Apakah ini sebuah negeri Tirani? Tidak ada keleluasaan dalam memilih dan tidak adanya keterbukaan didalam informasi yang seharusnya diedarkan dan dipublish.[]

Penulis: Siti Zarima