Menelusuri Jejak Pecinaan dan Perjalanan Panjang Pasar Peunayong

Sumberpost.com | Banda Aceh – Kegiatan menyusuri lorong dan sudut kota dengan berjalan kaki kian digemari masyarakat. Kegiatan berjalan kaki atau kerap disebut walking tour telah menjadi tren di berbagai perkotaan besar seperti Jogjakarta dan Jakarta. Konsep walking tour di Indonesia mulai dikenali di Jakarta untuk memfasilitasi turis agar mengenal sisi lain dari kota seperti sudut atau tempat-tempat dengan jalan sempit di perkotaan. Kegiatan berjalan kaki menelusuri perkotaan ini juga dapat ditemukan di Banda Aceh, salah satunya oleh komunitas Habakota.

Habakota adalah suatu komunitas yang didirikan pada tahun 2023 oleh sekelompok mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota USK yang berfokus pada isu perkotaan yang dikemas dalam berbagai bentuk kegiatan, salah satunya kegiatan Kaki Kaki Kecil.

Anggi, selaku founder Habakota menyatakan kegiatan Kaki Kaki Kecil awalnya dilakukan untuk mengajak masyarakat lebih mengenal sisi kota Banda Aceh dengan merasakan pengalaman langsung menyusuri kawasan-kawasan tertentu di pusat kota Banda Aceh dengan berjalan kaki.

“Kami ingin masyarakat dapat merasakan langsung pengalaman berjalan kaki di kawasan Banda Aceh, menilai langsung apakah Banda Aceh sudah mampu memfasilitasi kegiatan berjalan kaki di kawasan-kawasan tertentu,” tutur Anggi.

Minggu, 4 Februari 2024, Habakota sukses mengadakan kegiatan Kaki-Kaki Kecil dengan jumlah 20 peserta, bergerak menelurusi sejarah dan isu Gampong Peunayong yang dikenal sebagai pusat perdagangan dan jasa dan merupakan kawasan lama Kota Banda Aceh.

Perjalanan ini terbagi menjadi enam titik pemberhentian dengan setiap titik dipandu oleh tim Habakota yang berbeda. Setiap peserta diberikan selembar kertas berisi peta untuk menilai kenyamanan berjalan di setiap perjalanannya. Mulanya, kegiatan dibuka pada pukul 8.45 WIB di samping jembatan Peunayong tepatnya pada area Kuliner Riverwalk Krueng Aceh yang berada di tepi kali Peunayong.

Cut Riza, selaku pemandu pertama menjelaskan sejarah penamaan Peunayong dan alur kisah Peunayong berubah menjadi Kawasan Pecinan. Kemudian perjalanan dilanjutkan pada sisi tengah bangunan wisata kuliner Riverwalk dimana pembahasan dilanjutkan pada isu wisata kuliner yang dinilai kurang diminati masyarakat. Perjalanan ketiga berlanjut ke pinggir Ruko, pemandu ketiga membahas terkait Adaptive Reuse pembangunan toko-toko di kawasan Peunayong. Berikutnya dilanjutkan pada perjalanan menuju area pasar dengan pembahasan mengenai kebijakan relokasi pasar Peunayong. Lanjutan dari perjalanan ini menuju ke daerah pertokoan membahas terkait aglomerasi. Perjalanan berakhir di Taman Seuramoe Krueng Aceh yang terbengkalai dan belum juga ditempati.

salah satu peserta Kaki-Kaki Kecil, Meutia membagikan pengalamannya yang seru selama kegiatan dan merasakan banyak hal yang di dapati selama berjalan kaki menyusuri daerah Peunayong. Ia merasa senang karena bisa langsung memperhatikan desain dan arsitektur China dan banguna lama disini.

“Seru banget. Banyak hal dan pengalaman yang saya dapati dari Gampong Peunayong dengan berjalan kaki melewati berbagai rute dan melihat secara lebih dekat desain dan arsitektur China dari bangunan lama Peunayong.” Ujar Meutia selaku peserta Kaki-Kaki Kecil.

Melalui kegiatan ini, Habakota mengajak peserta berinteraksi secara langsung dan dapat merasakan pengalaman melalui moda transportasi paling dasar, yaitu berjalan kaki namun secara menyenangkan melalui kisah, cerita, dan isu yang diangkat. Penilaian dan pendapat peserta pada akhir kegiatan ini menjadi bahan diskusi dalam rangkaian kegiatan berikutnya yaitu Keluh Kesah Kota yaitu suatu kegiatan forum terbuka untuk mendiskusikan isu seputar masalah perkotaan di Banda Aceh. [Rel]