Pemuda Muslim di Era Globalisasi

Sumberpost.com – Waktu terus berlari, zaman terus berubah dan globalisasi adalah era yang saat ini tengah kita hadapi bersama. Dahulu jarak antar kota terasa sangat jauh. Tetapi di era globalisasi ini, teknologi membuat jarak yang ribuan mil pun menjadi dekat.

Globalisasi memberi sejuta manfaat dalam kehidupan. Mudahnya informasi,  dunia terasa tiada sekat antara belahan bumi satu dengan belahan bumi lainnya. Hingga yang terjadi adalah benturan-benturan antar budaya, dan yang paling riskan adalah tercampur baurnya budaya Timur dan budaya Barat.

Lalu apa kabar pemuda muslim hari ini? Muslim masih menduduki peringkat pertama sebagai umat yang mayoritas di dunia ini. Namun mengenai pemuda-pemuda muslim, saya lebih mengapresiasi para pemuda muslim yang tinggal di negara jajahan. Pemuda Palestina contohnya, semangat juang mereka melangit. Ketika ditanya apa cita-cita mereka? Dengan tegas jawabannya membebaskan tanah Al Aqsha.

Mereka pemuda Palestina yang setiap harinya mengisi hari-hari dengan menghafalkan Al-Qur’an di bawah bangunan-bangunan yang masih tersisa. Mereka tidak peduli akan bahaya yang menyerang, sebab mereka yakin kekuatan untuk melawan para zionis itu adalah Al-Qur’an.

Lalu apakah para zionis itu diam melihat kondisi pemuda Palestina demikian? Wallahi, tidak! Lalu apa yang dilakukan para zionis itu?

Mereka menyerang pemuda, anak-anak dan wanita Palestina. Mengapa pemuda? Mereka takut para pemuda muslim Palestina akan meluluhlantakkan rencana busuk mereka. Mengapa anak-anak? Karena anak-anak itu akan tumbuh menjadi ksatria yang tangguh, lalu menyelamatkan negaranya hingga merdeka. Mengapa wanita? Karena wanita-wanita shalihah Palestina akan melahirkan dan mencetak generasi-generasi yang hebat dan berjiwa pejuang.

Kisah hidup para pemuda Palestina bagi saya luar biasa menginspirasi. Terkadang timbul rasa malu sebagai pemuda yang hidup di negara merdeka, tetapi semangat dan cita-cita yang mendunia belum saya temukan di dalam diri saya.

Hilangnya rasa bangga. Hari ini para pemuda muslim tidak lagi bangga dengan statusnya sebagai seorang muslim. Bahkan pemuda muslim hari ini ‘malu’ memperlihatkan identitasnya sebagai seorang muslim.

Kita malu dikatai anak masjid. Kita malu membaca Alquran ditempat ramai. Kita malu menutup aurat sebab dibilang sok alim. Kita malu memiliki prinsip tidak suka pacaran hanya karena takut dianggap kuno.

Layakkah disebut seorang muslim jika masih malu menjalankan kehidupan seperti yang diatur di dalam Islam. Semoga saya dan para pembaca bukanlah termasuk di antara yang demikian. Nauzubillah!

Rasa malu yang menghinggapi hati para pemuda muslim hari ini adalah efek dari pengaruh globalisasi. Jika demikian halnya, tentulah kita menyadari bahwa globalisasi memiliki efek yang begitu besar bagi pemuda muslim.

Sebenarnya kita sebagai pemuda muslim bisa mengambil peran dalam menghadapi era globalisasi ini. Tidak bisa dipungkiri globalisasi bisa memberikan efek negatif dan positif. Hanya saja bagaimana cara kita sebagai pemuda mengambil bagian agar globalisasi ini menjadi kesempatan emas untuk kembali menorehkan tinta emas kejayaan Islam.

Diantara kiat-kiat bagi para pemuda muslim dalam menghadapi era globalisasi ini adalah mengokohkan iman, mencintai Alquran, sungguh-sungguh dalam belajar, punya skill, bergabung dengan komunitas-komunitas positif, up to date dan tidak buang-buang waktu.

Jika pemuda muslim sudah melakukan beberapa kiat di atas, penulis yakin sekali kita semua akan lebih siap menghadapi era globalisasi. Besar harapan, bagi para pemuda muslim untuk segera bergegas memanfaatkan masa muda, sebelum akhirnya menjadi pemuda yang terus digerus oleh perkembangan zaman dan menjadi yang terbelakang.

Ingatlah wahai pemuda, di akhirat kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban kita. An syabaabih? Untuk apa kau habiskan masa mudamu? persiapkanlah jawaban terbaiknya dari sekarang!

Ummi Kalsum, Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry. Email: ummikalsum114@gmail.com