Memperkenalkan Budaya Aceh di Negeri Seberang

Malaysia adalah negara tetangga yang terletak paling dekat dengan negara kita, Indonesia. Pulau Borneo bahkan merupakan sebuah kepulauan yang terdiri dari beberapa negara yang dipisahkan secara politik yaitu negara Indonesia bagian Kalimantan, Brunei dan Malaysia. Selain Indonesia, Malaysia juga merupakan negara yang mempunyai majoritas penduduk muslim dan etnik melayu. Tidak heran jika Malaysia dan Indonesia dikatakan serumpun. Selain Melayu, negara tersebut juga terdiri dari 65 etnik lainnya seperti India, Cina, Singh, Serani, Kadazan Dusun dan Sumazau. Oleh karena itu, mengunjungi dan mempelajari budaya serta resam negara tetangga kita yang satu itu merupakan sebuah kesempatan yang tidak akan disia-siakan oleh kebanyakan mahasiswa, begitu pula dengan enam orang mahasiswa dari Aceh yang berkesempatan mengikuti program student exchange ke negara yang terkenal dengan Menara Berkembar Petronas itu selama satu semester.

Sintok, merupakan sebuah bandar kecil yang terletak di negeri Kedah, Malaysia. Hampir keseluruhan bandar tersebut didominasi oleh kewujudan sebuah kampus megah yang terkenal di Malaysia sebagai lima buah kampus terbaik di Malaysia yaitu Universiti Utara Malaysia (UUM). Kampus tersebut dibina pada tahun 1984 dan sejak itu telah banyak memajukan daerah Kedah. Kampus yang berbasis pendidikan manajemen dan sains ini merupakan kampus pilihan terbaik bagi mahasiswa internasional yang ingin merasakan kuliah di luar negeri, baik menjadi mahasiswa tetap maupun mengikuti program pertukaran pelajar dan belajar di UUM selama satu semester. Memanfaatkan peluang program students exchange yang ditawarkan oleh UUM, enam orang mahasiswa semester empat Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry pun tidak melepas peluang untuk merasakan pengalaman belajar selama satu semester di UUM. Program ini berawal sejak Febuari silam dan akan selesai pada Juni mendatang.

Program pertukaran pelajar atau Students Exchange Program merupakan salah satu program paling ditunggu-tunggu oleh setiap mahasiswa baru di Fakultas Psikologi UIN. Program yang berjalan sejak tahun 2017 ini telah berhasil membawa 23 Delegasi Fakultas Psikologi selama tiga tahun program. Tahun ini, saya termasuk salah seorang perwakilan dari enam delegasi fakultas yang terpanggil dan terpilih untuk mengikuti program fenomenal ini. Kami tiba di UUM pada 28 Febuari 2019. Kini masih dalam proses menimba ilmu dan mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya.

Kami tentu tidak dapat menyembunyikan rasa syukur dan bahagia apabila kami diberi peluang untuk memperkenalkan adat dan budaya Aceh kepada seluruh warga UUM baik mahasiswa maupun pihak dekanan. Ada sebuah acara tentang budaya bernama “International Cultural Day”. Acara ini dibuat oleh organisasi mahasiswa kampus atas inisiatif pihak fakultas kami disana. Acara tersebut adalah agenda wajib fakultas dimana seluruh mahasiswa berbagai kaum dan bangsa akan diberi peluang memperkenalkan budaya masing-masing baik dari segi penampilan seni nari maupun makanan khas daerah. Pada tahun ini, terdapat lima buah stand jualan dan penampilan daerah yang ikut andil menyukseskan acara diantaranya adalah mahasiswa dari daerah Johor, Kelantan, Sabah dan juga terdapat dua kampus dari dua provinsi yang ikut tampil mewakili Indonesia yaitu Mahasiswa Universitas Airlangga dari Surabaya dan kami sendiri, mahasiswa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry dari Aceh. Acara “International Cultural Day” telah berlangsung dengan sukses pada 30 April 2019 lalu, sebuah penutupan bulan April yang menyenangkan buat kami semua.

“Peumulia Jame Adat Geutanyo” adalah tema yang kelompok Aceh angkat pada program tersebut sebagai satu-satunya delegasi dari Aceh di Fakultas School of Arts and Science, UUM CAS. Sehari sebelum acara berlangsung, keenam dari kami telah membuat persiapan rapi menghampiri hari H. Di sini kami turut menyediakan masakan khas Aceh untuk dipamerkan sekaligus dijual. Makanan-makanan itu adalah keumamah, sie reboh, acar timon, dan ie timon.

Alhamdulillah semua masakan Aceh yang kami jual pada hari tersebut laku keras dan mendapat pujian dari teman-teman mahasiswa lokal dari pelbagai kaum. Hebatnya, dekan fakultas kami pun juga yang mulai mencintai Sie Reboh Aceh. Tidak hanya itu, kami turut menampilkan dua penampilan khas Aceh di mana pada penampilan pertama, Muhammad Amirulhaq menampilkan tarian khas Gayo yaitu “Tari Guel” dan diikuti oleh nyanyian lagu “Aceh lon Sayang” oleh teman-teman lainnya.

Acara “International Cultural Day” pada siang itu diakhiri dengan pemberian bingkisan dan hadiah kepada para pemenang mengikut kategori yang ditetapkan. Bersyukur sekali kami apabila UIN Aceh mendapat juara stand terbaik dengan pameran adat dan budaya Aceh yang menarik dan edukatif, juga tidak kalah saing tarian dari Aceh mendapat juara penampilan paling unik berbanding yang lain. Alhamdulillah a’laa kulli hal.

Semakin lama di sini, semakin banyak saja pengalaman dan cerita-cerita yang kami rasakan dan kami simpan sebagai kenangan serta bekal yang tak terlupakan. Menghampiri bulan puasa ini tidak terasa peran kami sebagai mahasiswa exchange sudah hampir selesai. Ke depannya tentu kami akan berbagi cerita serta berkongsi pengalaman bersama teman-teman lainnya di kampus bahwa menjadi mahasiswa itu boleh dilihat biasa saja, namun menjadi mahasiswa yang masih mengekalkan jati diri sekaligus melakar nama negeri di luar persada Aceh, itu luar biasa. Program exchange begini tentunya tidak boleh terhenti pada leting kami saja, juga tidak hanya pada fakultas kami. Program berbasis pendidikan Internasional seperti ini merupakan satu bentuk wadah edukatif bagi mahasiswa untuk meningkatkan prestasi diri, memperluas ilmu pengetahuan sekaligus menanam cinta pada negeri

Fatimah Zuhra, Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry (Delegasi Pertukaran Pelajar di Kampus UUM Malaysia). – Email : imzuhra.fz@gmail.com – IG : fatimahzuhra_