UIN Gelar Seminar Pencegahan Stunting

Sumberpost.com | Banda Aceh- Dalam rangka memeriahkan Ar-Raniry Creative Fair III, sekaligus Milad ke-56 Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry adakan Seminar Nasional di Auditorium Ali Hasimy, Rabu (9/10/2019).

Seminar nasional yang bertema “Membangun Keluarga Sejahtera dan Pencegahan Stunting” itu menghadirkan kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Hasto Wardoyo, Tim Stunting Aceh, Alfridsyah, dan pemerhati sosial, Cahyo Cahya Angkasa.

Hasto Wardoyo dalam materinya menyatakan, secara statistik, Indonesia menjadi penyandang stunting dengan angka 30,8% dari sebelumnya 37,2%. Sedangkan standar World Health Organization (WHO) di patok 20%. Sehingga negara kita dianggap cukup tinggi untuk tingkat stunting.

Bahkan, di Aceh khususnya, menjadi juara 3 tingkat nasional penyandang stunting, yaitu 37,3%.

Stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur. Atau mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.

Hasto menyebut, tugas BKKBN mengatur tentang kependudukan. Agar dapat memperhatikan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan masyarakat yang unggul.

Selain itu, BKKBN juga harus bisa memperhatikan keluarga berencana dengan kesehatan reproduksi serta memperhatikan pembangunan keluarga.

Oleh karenanya, kata dia, untuk meningkatkan SDM dan juga keluarga yang sejahtera, diperlukan pencegahan stunting. Pencegahan ini juga dilihat dari kesehatan reproduksi.

“Yang harus diperhatikan untuk mencetak generasi yang baik dan sehat yaitu kualitas bibit laki-laki,” kata Hasto.

Hasto juga mengatakan, angka stunting banyak terjadi pada remaja yang menikah di usia muda. Dan juga anak yang lahir dari kehamilan di luar nikah.

“Itulah sebab nya harus menjaga jarak dengan lawan jenis, untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Karena jika sampai terjadi kehamilan di luar nikah. Dengan mudah stunting ini juga terjadi,” katanya.

Stunting tidak hanya terhambatnya perkembangan tubuh saja, akan tetapi juga perkembangan otak. Selain juga dipengaruhi oleh kesehatan reproduksi, hal ini juga disebabkan pola asah, asuh, dan asih dari orang tua.

Mahasiswa terutama calon ibu diharap dapat menghindari pernikahan dini. Dan kehamilan di luar nikah.

Nikah di usia kurang dari 20 tahun dianggap tidak aman. Karena resiko terjadi nya pendarahan besar, dan resiko anak menjadi stunting juga besar. Selain itu, tulang-tulang remaja masih lemah.

“Tulang remaja masih ada kemungkinan untuk tumbuh. Namun, ketika menikah muda dan kemudian hamil, tulang juga menjadi berhenti tumbuh,” katanya.

Selain itu, usia muda juga dianggap rawan terkena kanker akibat berhubungan.

Stunting umumnya ditunjukkan dengan postur tubuh yang pendek. Namun, pendek saja belum tentu stunting.

Ada juga anak pendek yang disebabkan oleh faktor genetik orang tuanya yang pendek. Umumnya stunting terjadi pada anak usia 1-2 tahun.

Terkait perspektif masyarakat mengenai stunting. Sebenarnya hal ini berbeda dulu dengan sekarang.

“Dulu dan sekarang berbeda, karena perbaikan gizi dan lain sebagainya. Saat ini, menstruasi remaja paling cepat dimulai umur 10 tahun. Zaman dulu paling cepat umur 14 tahun,” katanya.

Sementara itu, Rektor UIN Ar-Raniry, Warul Walidin berharapkan kelak, mahasiswanya dapat menjadi ibu yang baik sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera.

“Kenapa mahasiswa sering menyebutkan kata almamater. Karena secara harfiahnya alma berasal dari bahasa Arab yang artinya ilmu. Sedangkan mater berasal dari bahasa Inggris yang artinya ibu. Maka almamater adalah ibu dari ilmu. Tidak disebutkan bapak. Maka diharapkan mahasiswi yang hadir kelak dapat menjadi ibu yang baik, untuk meningkatkan sumber daya manusia yang baik pula,” katanya.[]

Reporter: Cut Salma H.A