Singa Tak Bertaring Pimpin DEMA UIN Ar-Raniry

Sumberpost.com | Banda Aceh – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh masa kepengurusan periode 2021-2022 sudah sah menjabat. Hal itu dibuktikan dengan terlaksananya pelantikan pengurus pada Sabtu, (10/4/2021) lalu, di Auditarium Ali Hasyimi UIN Ar-raniry.

Mungusung tema “Larutkan Perbedaan Reaksikan Persamaan Hasilkan Sinergitas Ormawa UIN Ar-Raniry”. Dua bulan lebih berlalu salah satu acara seremonial termegah di UIN Ar-Raniry terlaksana. Tentu pihak pengurus sudah merancang banyak program kerja yang sudah di setujui melalui Upgrading dan Rapat Kerja yang sejauh penulis ketahui belum genap satu bulan di adakan. Pandangan penulis ini tentu terlambat jika kita melihat pelantikan sudah jauh hari terlaksana di bulan April silam.

Memantau kondisi dan juga berdiskusi dengan teman-teman mahasiswa UIN Ar-raniry, tentu ada sedikit terbesit kekecewaan terhadap Presiden Mahasiswa (Presma) baru dan segenap jajarannya. Sebab, beberapa agenda penting yang sedang berada pada situasi genting, sebut saja quota.

Kita semua tahu kuliah di masa pandemi Covid-19 dilaksanakan di kampus kita tercinta dengan prosedur dalam jaringan (online), kuliah secara online jauh lebih banyak memakan biaya, sebut saja kuota internet. Kita ketahui dan kita sayangkan pula untuk semester genap ini tidak ada pembagian kuota internet untuk mahasiswa.

Pertanyaanya, sejauh mana sudah Pengurus DEMA mengadvokasi hal ini? Terpantau dari rilis dan instagram resmi DEMA masih jauh dari harapan meski tidak dipungkiri ada upaya. Kemudian mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT), lagi-lagi sebab pandemi Covid-19. Sebagian dari orangtua mahasiswa mengalami penurunan pendapatan bahkan ada yang tidak mendapat pendapatan sama sekali.

Sejauh pantauan penulis, Presma tidak hadir membawa aspirasi mahasiswa untuk mengawal hal ini sebagai keluhan mahasiswa sampai ke telinga ayahanda Rektor UIN Ar-Raniry, Warul Walidin.

Selain dari pada itu, mengenai perihal ma’had yang pengurusan sertifikat terpantau lama, dan juga antrian tes toafl dan toefl juga sangat lama masa tunggunya. Sehingga banyak mahasiswa akhir yang harus menunda sidang, dengan demikian dipastikan harus membayar uang kuliah kembali. Adakah presma hadir disini? Lalu apa juga yang dikerjakan dalam gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) megah bergelimpang fasilitas itu.

Presma sekarang sudah seperti kehilangan taring, padahal beliau adalah mahasiswa nomor satu di kampus ini. Digadang-gadang akan menjadi singa pemenang dalam garis perjuangan hak dan kepentingan umat, tapi malah kini mahasiswa dibalas sebuah kekecewaan. Sayang disayangkan.

Jika ini terus menerus terjadi tanpa di perbaiki, sama halnya UIN menyerahkan podium pada singa ompong. Lambat laun tentu mahasiswa/i UIN Ar-Raniry rindu sosok Presma periode yang lalu, yaitu sosok Reza Hendra Putra. Beliau yang begitu cekatan menampung aspirasi mahasiswa sehingga tersalurkan. Bahkan bisa kita katakan masa kepengurusan Reza jelas selangkah lebih sulit ketimbang sekarang. Sebab dulu kita baru mengenal pandemi, sehingga proses adabtasi dibutuhkan. Tapi Presma Reza mampu hadir menjadi bagian daripada suara-suara mahasiswa.

Dengan sepucuk tulisan ini, penulis sampaikan kerinduan atas seorang Presma yang mampu menjadi nahkoda kurang lebih 23.000 mahasiswa aktif UIN Ar-Raniry. Kepada Presma yang baru semoga ke depannya lebih peka terhadap kondisi mahasiswa UIN Ar-Raniry.

Terakhir, sebagaimana selalu ditekankan oleh mantan Presma Reza, hidupkan kembali konsolidasi untuk advokasi Mahasiswa yang mungkin sudah terkikis dan mulai terlupakan oleh seremonial semata.

Harapan besar pula kepada Presma yang baru untuk melibatkan dan merangkul kembali apa yang pernah tercerai-berai dalam kontestasi pemilihan. Sebab ini bukan persoalan sebagian orang saja atau golongan. Tapi milik segenap mahasiswa yang dengan keras kita teriakkan “Lon aneuk UIN Cucoe Ar-raniry”. []
 
Penulis : Fazil Rinaldi, Mahasiswa FISIP UIN Ar-Raniry