Brilliant Dwi : Jangan Dulu Bicara Merdeka Belajar Jika Belum Merdeka Sinyal

Sumberpost.com | Banda Aceh – Tidak semua orang punya akses terhadap teknologi, artinya jangan membahas tentang kuota, tapi bahaslah terlebih dahulu apakah siswa punya akses terhadap teknologi. Sederhananya, jangan dulu bicara merdeka belajar kalau belum merdeka sinyal.

Itulah kata yang sempat dilontarkan oleh Menteri Pendidikan DEMA UIN Syarif Hidayatullah, Brilliant Dwi Izzulhaq saat menjadi pemateri pada seminar yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan DEMA UIN AR-RANIRY dengan tema “Skenario Pendidikan Indonesia, Antara Keinginan dan Realita” via Zoom Selasa (6/7/2021).

Brilliant Dwi menjelaskan, bahwa Covid-19 menjadi katalisator dalam pendidikan di Indonesia, dikarenakan masih banyak guru dan murid di pelosok negeri yang tidak mempunyai akses teknologi, padahal sebenarnya teknologi dan digitalisasi pendidikan menjadi tombak utama dalam pembelajaran di situasi pandemi.

Mengingat bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, sebagai mahasiswa ada inovasi-inovasi yang perlu ditularkan ke orang lain. Dengan menyebarkan satu kebaikan untuk orang lain, maka orang lain akan melanjutkannya.

“Sebenarnya pendidikan adalah tanggung jawab kita semua, prinsipnya sederhananya, sebarkan satu kebaikan untuk orang lain maka orang lain akan melanjutkan hal tersebut,” jelasnya.

Ia juga menuturkan, ada banyak cara bagi mahasiswa dalam membantu guru-guru yang belum mempunyai akses terhadap pendidikan. Seperti membuat video pembelajaran pada platform youtube, berkolaborasi untuk memberi pelatihan kepada guru-guru yang membutuhkan, memberikan akses buku gratis, serta mendorong agar pemerintah mengeluarkan kuota gratis.

Ini merupakan bagian dari kerja-kerja intelektual sebagai mahasiswa untuk membantu pendidikan yang lebih baik ke depannya.

Ketua Komite I DPD RI, Fachrul Razi mengatakan, kunci kesuksesan seseorang dimasa depan bergantung pada pendidikan.

“Kunci suksesnya seseorang di masa depan bergantung pada pendidikan yang ia miliki,” katanya. []

Reporter : Widdatul Hasanah
Editor : Hasni Hanum