Spesial Edition, Sarjana 3 Pimum, Begini Pengalamannya di Sumberpost

Sumberpost.com | Banda Aceh – Prosesi wisuda UIN Ar-Raniry telah berlangsung dua hari yang lalu di Aula Gedung Kampus Abulyatama, Lampoh Keude, Aceh Besar. Tepatnya pada Rabu, 27 Oktober 2021, sebanyak 1882 mahasiswa UIN Ar-Raniry diwisudakan secara dalam jaringan (daring) melalui Zoom meeting dan juga luar jaringan (luring).

Namun ada yang spesial pada wisuda kali ini, terutama bagi teman-teman Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Sumberpost. Bagaimana tidak, tahun ini 3 eks Pimpinan umum (Pimum) Sumberpost diwisudakan secara serentak. Bersama 1879 wisudawan lainnya, Cut Salma, Indra Wijaya, dan Sara Masroni yang ikut merasakan bahagianya lulus dari universitas tercinta itu setelah melewati proses panjang juga melelahkan.

Cut Salma, Pimpinan Umum (Pimum) Sumberpost periode 2020/2021 berhasil lulus dengan predikat cumlaude walau dibarengi dengan keaktifannya pada sejumlah organisasi. Ia berhasil menunjukkan bahwa keterlibatannya pada sebuah organisasi tidak menjadi hambatan untuk meraih prestasi akademik.

Menurutnya, organisasi malah menjadi nilai plus terhadap diri seseorang karena dapat menambah pengalaman yang tak bisa didapatkan jika hanya di kampus saja.

“Ibaratnya, kalau yg berorganisasi bisa punya pengalaman 10, yang nggak berorganisasi paling bisa 9. Menurut kakak pribadi, yang berorganisasi selalu selangkah lebih dulu dari yang tidak berorganisasi,” ujarnya, Jumat (29/10/2021).

Salma mengaku, sangat banyak rintangan yang ia hadapi selama menjabat sebagai Pimum Sumberpost. Namun, rintangan itulah yang berhasil mendewasakannya terutama dari sifatnya yang mudah tersinggung.

“Dari awal masuk ke sumberpost, selalu dibiasakan sama kakak dan abang leting untuk tidak jadi manusia yang baperan, yang mudah tersinggung. Disini rintangannya, karena aku orang yang mudah tersinggung,” ujarnya.

Ia juga menambahkan, jika di Sumberpost ia tersadar tidak semua kritikan itu menjatuhkan walaupun menyakitkan tapi itulah yang membangun untuk menjadi lebih baik.

Menjadi pemimpin suatu organisasi bukanlah hal yang mudah. Salma bercerita, semasa jabatannya, tepatnya di tahun 2020 dimana awal Covid-19 mewabah dan segala aktivitas berlangsung ‘dirumah aja’, telah menggagalkan program-program keren yang ia susun akibat situasinya tak lagi sama, semua serba online. Kegagalan tersebut menuai komentar tak sedap dari orang-orang disekitarnya, tak sedikit orang yang membanding-bandingkan masa kepemimpinannya dengan pendahulunya.

“Kekurangannya kalau punya pimum cewek, cengeng dan baperan, Hahaha. Tapi bisa apa, dari kritikan itulah kepengurusan aku bisa tetap solid. Satu yang bisa ku banggakan, walaupun aku ngga bisa buat program keren, tapi aku bisa ngambil hati semua anggota. Bahkan yg udah hampir keluar, bisa ku tarik balik dan betah sampe sekarang. Thankyou sobat Sumberpost,” begitulah untaian kalimat yang ia sampaikan melalui WhatsApp.

Tantangan yang ia hadapi saat itu menjadikan ia sosok yang lebih kuat, dan dewasa. Selain itu, pengalamannya bertemu dengan orang-orang baru, hingga kini dikenal banyak orang dan wartawan, merupakan kesan yang ia dapatkan di rumah keduanya itu.

Mantan Pimum Sumberpost yang telah menyelesaikan studinya dalam waktu 4 tahun ini, turut membagikan tips dalam mengatur waktu antara kuliah dan berorganisasi. Biasanya, ia membuat jadwal terlebih dahulu terkait aktivitas yang ingin ia lakukan. Jadwal semacam ini sering kita disebut dengan ‘list to do’. Ia menjadwalkan segala rencananya, termasuk hal-hal kecil.

“Kakak lumayan sistematis anaknya, semuanya harus kakak atur dulu. Hari ini kakak ngapain, besok ngapain. Bahkan, setingkat nyuci baju, nyetrika, kakak jadwalkan dulu. Kalau hari ini nyuci, berarti besoknya nyetrika,” ujarnya.

Kemudian, Ia memberi urutan prioritas terhadap segala tugas-tugas yang akan diembannya. Urutan prioritas yang paling mendesak lah yang ia kerjakan pertama kali, baru kemudian disusul dengan aktivitas lain sesuai dengan jadwal yang telah ia buat.

Selain Salma, rasa bahagia dan haru akan kelulusan juga dirasakan oleh Indra Wijaya, Eks.Pimum Sumberpost periode 2019/2020. Dihari dan tanggal yang sama ia dengan bangganya menggunakan baju toga sebagai pakaian simbolis untuk wisuda.
Mendapat pekerjaan yang layak dengan gaji yang besar, serta dapat membahagiakan orang tua tentu menjadi harapan semua sarjana muda setelah lulus kuliah. Namun, ada harapan lain yang Indra impikan saat ini. Ia berharap dapat melanjutkan pendidikan magister (S2) di Anadolu University, Turki, melalui beasiswa Turki (Turkey Scholarship).

“Harapan terbesar saya bisa melanjutkan S2 di Anadolu University, Turki, melalui jalur Turkey Scholarship,” katanya.

Mendapat pekerjaan segera setelah lulus kuliah tentu menjadi harapan dan impian semua sarjana. Untuk itu sangat penting mengasah skill dan membangun relasi yang luas sedari masih berkuliah, salah satunya melalui organisasi.

Menurut Indra, dengan memiliki relasi yang luas, orang akan mengenali siapa kita, bagaimana kapasitas diri kita, sehingga orang lain akan mengutamakan kita apabila membutuhkan tenaga kerja.

“Kuliah ini kan untuk kerja, membangun relasi itu sedari kampus, bukan setelah kuliah baru membangun jaringan di dunia kerja, itu bisa dibilang telat,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, sebenarnya tidak harus banyak organisasi yang diikuti, cukup satu tapi fokus pada yang satu itu serta bisa mengembangkan kapasitas diri dan juga skill yang dimiliki.

Ia juga mengingatkan bahwa, jangan karena alasan berorganisasi kuliah menjadi terbengkalai. Pun fokus berkuliah bukan berarti dapat melupakan tanggung jawab dalam organisasi.

“Pintar-pintar lah dalam mengatur waktu. Utamakan tugas-tugas dari kuliah dulu baru organisasi, tapi jangan sampai lupa kamu juga punya tanggung jawab diorganisasi,” imbuhnya.

Bak kembali ke masa lalu, Indra menceritakan pengalamannya yang paling berkesan sekaligus menjadi tantangan baginya saat menjadi Pimum di UKPM Sumberpost.

Ia bercerita, saat awal kepengurusannya terdapat sejumlah polemik, mulai dari masalah keuangan hingga perselisihan pendapat dari anggota Sumberpost.

Masalah keuangan menjadi momok bagi Indra saat itu. Pasalnya, uang kas yang tersisa semasa jabatan Roni, Pimpinan Umum sebelumnya, hanya sekitar Rp. 100.000, sementara keperluan untuk membayar hosting dan domain web Sumberpost memakan biaya sebesar Rp. 1.250.000.

Indra berpikir keras saat itu dan mendiskusikan permasalahannya kepada pendiri Sumberpost, beruntungnya pendiri serta alumni Sumberpost bersedia menyisihkan uang mereka dan akhirnya terkumpullah uang sekitar Rp. 1.500.000.

“Itu pengalaman paling berkesan abang di masa kepengurusan abang, karena kita kan memang nggak ada duit sama sekali, gimana mau menjalankan organisasi tapi nggak ada duit, mau buat kegiatan susah, tapi itu jadi tantangan untuk kita, modal nekad aja, tapi harus tetap jadi [membuahkan hasil],” jelasnya.

Selain itu, Sara Masroni, Pimpinan Umum (Pimum) Sumberpost periode 2018/2019 pun turut mengikuti prosesi wisuda secara offline.

Sebelum beralih status menjadi alumni UIN AR-RANIRY, Roni telah berhasil mencapai semua target yang dulu ia kejar. Ia berhasil menulis berbagai buku, majalah, serta opini.

“Target dan capaian saya selama mahasiswa alhamdulillah semua tercapai. Saya berhasil menulis 3 buku ontologi, ikut membantu menulis 4 kali terbitan Majalah Warta Ar-Raniry, menulis hingga terbit sebanyak 3 kali opini (cetak) di Harian Serambi Indonesia,” ujarnya.

Menjadi sosok Roni yang sekarang tentunya tidak lepas dari lika-liku perjuangannya dimasa lalu. Ia mengaku banyak mendapat pengalaman berharga setelah bergabung di Sumberpost.

Ia juga mengatakan, liputan dan wawancara pertamanya saat magang di Sumberpost menjadi pengalaman yang tak terlupakan, sekaligus melatih mentalnya.

“Tepatnya 9 Agustus 2016. Saya wawancara narasumber pertama Kepala UPT. Ma’had Al-Jamiah UIN Ar-Raniry, Nurchalis Sofyan. Kebetulan waktu itu Sumberpost baru saja menurunkan pemberitaan tentang dugaan pungutan liar untuk mahasantri. Padahal saya mau tulis berita tentang lain, karena tidak tahu ada masalah tersebut, saya nyelonong aja ke sana. Bayangkan saya langsung kena semprot sama kepala Ma’had padahal itu training wawancara pertama saya. Gugup, takut dan bercampur aduk di dalam ruangan sore itu,” ceritanya.

Beruntungnya setelah ia menjelaskan bahwa dirinya merupakan jurnalis baru dan masih magang, juga tidak tahu soal isu pungutan liar itu, Nurchalis memahaminya dan mereka justru melakukan wawancara dengan sangat mengalir di akhir-akhir. Ia mendapat banyak pengalaman berharga sekaligus latihan mental sore itu.

“Dari Sumberpost saya juga berkesempatan melihat banyak tempat, liputan dan bertemu tokoh-tokoh penting yang tidak akan saya temukan kalau saya tidak menjadi anggota pers mahasiswa di Sumberpost,” tuturnya.

Ia juga berpesan kepada teman-teman anggota sumberpost, agar tetap menjadi kreatif, adaptif dan terus belajar.

“Tetap semangat dalam berkarya, karena setiap orang terbaik akan ditempatkan di tempat terbaik pula. Karir cemerlang akan menanti semua alumni Sumberpost yang bekerja keras dan pantang menyerah. Semua itu sudah terbukti, lihat saja track record para alumni sekarang, rata-rata sudah bekerja di media nasional atau memegang amanah penting di daerahnya masing-masing,” tuturnya. []

Reporter : Widdatul Hasanah